rss

Sabtu, 27 Oktober 2007

Posted by Tri Basoeki Soelisvichyanto on August 8th, 2007

Mengenai perang Operator strategi pemasaran seluler di Indonesia, berikut ini merupakan analisa pribadi saya kedepan untuk Telkomsel (Indonesia Biggest Cellular Operator).

Telkomsel saat ini mengeluarkan kebijakan untuk membatasi perdagangan atau transaksi penjualan Pulsa Elektrik antar propinsi atau cross province transaction di Indonesia. Sedemikian rupa jumlah pulsa yang Drop di Propinsi tertentu sangat dibatasi untuk hanya dijual di propinsi atau wilayahnya saja. Hal ini menjadi salah satu sisi negatif bagi pemain Pulsa di Indonesia. Ada atau bahkan banyak pedagang pulsa yang menjual pulsa diluar regionalnya yang kemudian menjadi kesulitan untuk meng-grab pasar diluar daerahnya. Sedangkan di daerah lain dimana banyak yang di support dari penjual atau pedagang dari luar daerahnya sedemikian rupa menjadi sukar memperoleh Stock Pulsa Telkomsel dikarenakan sistem (market channel) perdagangan pulsa Elektrik Telkomsel yang belum terbentuk di daerah tersebut. Hal ini berdampak bagi pelanggan pra-bayar Telkomsel (SIMPATI dan AS) dimana pulsa Telkomsel menjadi Langka dan meningkat (harga naik) diatas kewajaran. Disisi lain adalah adanya jumlah berlebih pada suatu daerah dimana sebelumnya daerah tersebut menjual Pulsa Telkomsel ke daerah lain.

Dampak dari kebijakan Telkomsel atas sistem penjualan pulsanya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh operator lain yang menjadi Kompetitor Telkomsel dimana dimanfaatkan dengan cara mendrop sejumlah kartu perdana dengan harapan akan adanya peningkatan pengguna jaringannya, salah satunya adalah dengan adanya metoda perang harga dan perang layanan pulsa (beli 1 dapat 3). Tentunya hal ini direspon oleh sejumlah pengguna Telkomsel yang shifting menjadi pengguna layanan operator lain. Dengan demikian secara langsung akan mengurangi jumlah pengguna Telkomsel. Dari seluruh pelanggan Telkomsel di Indonesia, dari membaca kondisi lapangan maka diperkirakan terdapat tidak kurang penurunan sejumlah 5% (raughly calculation, angka psikologis) dari pengguna Telkomsel, yang kemudian beralih menggunakan layanan operator lain. Angka 5% tersebut tentunya sangat besar artinya bagi operator lain dimana mempergunakan strategi pemasaran dengan fokus peningkatan ARPU. Derivat lain bagi Telkomsel dengan mengeluarkan kebijakan pembatasan regional penjualan Pulsa Elektrik Telkomsel adalah menjadi surut atau berkurangnya rantai pemasarannya (distribution channel), dimana pada level rantai tengah diantara Authorized Dealer Pulsa Telkomsel hingga Retail Pulsa ada hanya Telkomsel, sehingga bisnis Pulsanya *sangat* terancam Bangkrut. Hal yang sama berlaku bagi pemain Pulsa Telkomsel dimana mengalami kelebihan Stock Pulsa Eletrik yang tidak dapat dijual, walaupunpinggir jalan akan bergerak mengarah pada menjadi Retail, atau bahkan tutup bangkrut. Kemungkinan bangkrut akan timbul pada daaerah dimana Network yang sudah banting harga untuk sekedar impas saja (atau bahkan merugi).

Bagi Pelanggan setia Telkomsel, terdapat peluang harga Pulsa Telkomsel secara keseluruhan akan meningkat dan bergerak stabil pada harga diatas harga sebelumnya. Pada kondisi Stabil yang terbentuk nantinya hal ini menjadi peluang bagi Authorized Dealer untuk meng-grab keuntungan sebesar-besarnya dan akan menjadi peluang bagi Telkomsel untuk menetapkan skema harga baru bagi Authorized Dealer dengan tujuan tentunya taklain adalah meningkatkan revenue Telkomsel, menggantikan Potential Revenue Loss yang terjadi ketika kebijakan Regional Pemasaran Pulsa Telkomsel dijalankan. Namun semua ini kembali kepada bagian Pemasaran Telkomsel. Masalah yang jelas adalah ketika pada saat libur besar nasional seperti Lebaran, Tahun Baru, dan-lain-lain dimana tidak dipungkiri adanya pergerakkan pelanggan Telkomsel yang moving dari daerah yang satu kedaerah lainnya, apakah mereka akan mengalami kesukaran dengan adanya Pulsa Telkomsel yang langka? atau bahkan mereka menjadi memilih menggunakan nomor selain SIMPATI dan AS untuk komunikasinya? mengingat kebutuhan Telekomunikasi akan sangat tinggi, setidaknya adalah untuk kebutuhan SMS (short message sending). Semuanya kembali kepada Telkomsel dan pengusaha Pulsa Telkomsel yang berada pada Supply Chain Pulsa Telkomsel… ini pun hanya sebuah analisa / Dugaan kedepan… bisa benar, bisa salah…. termasuk anda para pembaca, apakah anda akan tetap setia dengan Telkomsel ??? Mohon maaf bila ada yang salah….


1 komentar:

Alvin on 30 Juni 2016 pukul 01.01 mengatakan...

Ini analisanya bagus tp terlalu negative atau menjatuhkan