rss

Rabu, 14 November 2007

Jakarta - PT Sinar Mas Telecom yang baru saja meluncurkan layanan seluler berbasis teknologi CDMA, Smart, masih mungkin terancam kena gusur jika teknologi Mobile Satelite jadi diimplementasikan di Indonesia.

Hal itu tertuang dalam Peraturan Menkominfo No. 7/2006. Malah dalam aturan tersebut, Smart harus pergi tanpa kompensasi apapun jika teknologi Mobile Satelite hadir dan menggunakan frekuensi 1900 MHz yang ditempatinya saat ini. Hal ini layaknya penggusuran frekuensi 1900 MHz ke 800 MHz yang menimpa layanan Telkom Flexi dan Indosat Starone.

Perlu diketahui, frekuensi 1900 MHz yang ditempati Smart tidaklah sempurna, di mana frekuensi uplink-nya merupakan frekuensi terestrial untuk saluran komunikasi darat, sedangkan downlink-nya merupakan frekuensi untuk satelit. Jadi, frekuensi yang ditempati Smart memang sangat rentan untuk berpindah.

Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi menjelaskan kepada detikINET, Selasa (4/9/2007), penggusuran frekuensi tidak hanya berlaku bagi operator tertentu saja, namun bagi seluruh penyedia layanan telekomunikasi bila keadaannya memang sangat mendesak dan diperlukan.

Deputy CEO Smart Telecom, Djoko Tata Ibrahim mengaku sudah mengetahui kemungkinan penggusuran frekuensi tersebut sejak jauh-jauh jari. Namun ia mengaku tidak khawatir.

"Kami menyadari, frekuensi downlink kami di rentang pita 1890 MHz hingga 1990 MHz merupakan frekuensi untuk Mobile Satelite. Itu isu lama dan belum ada (teknologi layanan-red.) yang jalan. Di dunia juga tidak ada, karena Mobile Satelite tidak ekonomis."

"Kami tidak khawatir frekuensi itu (1900 MHz) akan digunakan untuk Mobile Satelite, tapi hanya untuk terestrial saja," jelasnya usai peluncuran perdana Smart di Hotel Grand Hyatt, Senin petang (3/9/2007

0 komentar: